Selasa, 25 Agustus 2009

Ajari Anak Etika Menonton TV

TELEVISI kini seperti sudah menjadi anggota baru dalam keluarga. Kita sarapan, belajar, dan menghabiskan banyak waktu bersamanya dibanding dengan anggota keluarga lain.

Televisi diposisikan sebagai sumber penting bagi kehidupan anak kita; pengajar, babysitter, penghibur, penjual, dan sebagainya. Semua terangkum jadi satu. Apakah ini berarti kekuatan TV dalam kehidupan anak-anak kita semakin tak terkendali? Jawabannya ada pada kita, para orangtua.

TV ibarat obat, bisa menyembuhkan atau justru menjadi racun. Bertindaklah cepat dan cermat agar pengaruh TV tidak mengalahkan kekuatan kita sebagai orangtua.

Ubah kebiasaan
Banyak anak telah menjadi pecandu TV sejak berusia 2 tahun. Kebiasaan berbahaya ini hanya bisa diubah dengan cara menggantinya dengan kebiasaan baru yang tentu lebih positif. Lakukanlah perubahan itu setiap hari, meski hanya hal kecil, misalnya membaca. Bimbinglah anak untuk menemukan keajaiban dari membaca, terutama sejak mereka berusia dini.

Tempatkan TV di ruangan yang jarang digunakan
Jauhkan TV dari ruangan yang sering digunakan untuk aktivitas keluarga. Hal ini membuat anak akan jarang menonton TV.

Rencanakan satu malam dalam sepekan tanpa TV
Konsekuensinya, Anda harus punya alternatif kegiatan, bisa bersama keluarga atau memilih waktu untuk sendiri. Bersama anak-anak, Anda bisa bermain puzzle, scrabble, ataupun monopoli. Anak akan terhindar dari kecanduan TV jika Anda punya sesuatu yang menyenangkan ketimbang menonton TV.

Hindari memanfaatkan TV seperti babysitter
Anda tentu tidak akan membiarkan anak Anda dijaga atau diasuh oleh orang asing. TV hanyalah benda mati. Ia tidak akan bisa bereaksi saat anak menangis butuh bantuan, juga tidak bisa berkata-kata saat anak ketakutan.

Rencanakan lebih dulu apa yang ingin ditonton
Dengan panduan ber-televisi, tentukan apa yang Anda dan anak-anak akan tonton setiap malam. Jangan menyalakan TV hanya untuk melihat program apa yang sedang tayang. Bantulah anak untuk merencanakan tayangan TV apa yang dirancang khusus sesuai usia, ketertarikan, dan tingkat kedewasaan mereka.

Menonton tanpa anak-anak
Menonton TV tanpa anak menjadi kesempatan Anda untuk melihat perkembangan tayangan TV yang ada. Nilailah mana yang baik menurut nilai dan tradisi keluarga Anda.

Bantu anak membedakan kenyataan dan keyakinan
Jelaskan ke mereka bahwa teror dan kejahatan dalam tayangan TV hanyalah akting belaka dan bukan kekerasan dalam kehidupan nyata.

Diskusi iklan junk food
Bantu anak untuk melihat kenyataan bahwa sebenarnya iklan coba merayu mereka untuk menghabiskan uang dengan cara membeli sesuatu yang tidak sehat, seperti junk food. Beri kesempatan kepada anak untuk ikut memilih makanan yang bergizi untuk keluarga.

Panduan tersebut mungkin terasa berat di awal untuk memulai suatu perubahan. Pilihlah satu atau dua poin yang menurut Anda pas diterapkan dalam keluarga. Jika perlu, catat daftar panduan tersebut dan letakkan di pintu lemari es untuk dipraktikkan tiap pekannya.

Sumber : okezone.com

Artikel Terkait



2 komentar:

  1. ADVANTAGEOUS POSTING!
    THANKS FOR THE GREAT ARTICLE!

    BalasHapus
  2. Setujuuu...TV bagaikan Narkoba, bikin kecanduan. Kelemahan lain yang ditimbulkan dari TV adalah anak menjadi pasif. Apalagi anak yang terbiasa melihat televisi dari kecil. Saya pernah menemukan fenomena yang terjadi pada tetangga saya. Hampir setiap hari waktu sang ibu hanya dihabiskan untuk menonton televisi bersama dengan anak. Walhasil, perkembangan bahasa anak terhambat, karena sang ibu lebih suka nonton TV daripada mengajak anak bicara. Dan si anak hanya bisa ikut menonton apapun yang ditonton ibunya, salah satunya adalah sinetron. Setiap kali si anak menginginkan sesuatu dia hanya bisa menunjuk-nunjuk benda atau barang yang dimaksud tanpa bisa menyebut nama barang tersebut. Padahal umurnya sudah 2 tahun lebih. Itu juga berlaku untuk semua hal. Bahkan menyebut mama papa saja dia belum bisa dan merasa kesulitan.
    Dampak lain yang bisa berakibat fatal adalah tayangan yang berbau kekerasan, pornografi, pembunuhan dan sebagainya, kalau orangtua kurang jeli dalam menyeleksi tayangan yang pas untuk anak-anak. Saya pernah menjumpai anak yang melontarkan kata-kata kasar menirukan adegan adu mulut yang ada di sinetron. Kita juga harus waspada dengan film ultraman atau power ranger yang menyebabkan anak-anak menirukan adegan perang dengan menggunakan temannya atau orang lain sebagai obyek untuk dipukul, ditendang dan sebagainya.

    BalasHapus

Untuk Para Sahabat Aku Sang Pelangi ;
Silahkan berikan komentar sebagai kenangan bahwa Anda pernah berkunjung di sini. Komentar juga berguna sebagai motivasi dan koreksi jika ada kesalahan dalam pembuatan posting di blog saya yang sederhana ini.
Terima kasih.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...