Selasa, 12 Mei 2009

Mitos-mitos Seputar Perawatan Bayi

TERNYATA merawat seorang bayi tidak cukup hanya dengan cinta, logika dan pengetahuan semata. Ada hal lain yang harus diwaspadai: mitos! Terus terang saya memang bukanlah orang yang ahli merawat bayi. Makanya, saya banyak membaca buku-buku tentang kehamilan dan tentang perawatan bayi ketika si kecil masih dalam kandungan. Saya juga banyak mendapatkan informasi dari internet, referensi dari teman dan juga rekan kerja tentang bagaimana merawat seorang bayi yang baru lahir.

Namun, nampaknya itu semua belum cukup. Ada beberapa mitos yang mau tidak mau harus saya ikuti sekedar agar tidak terjadi pertengkaran antara menantu dan mertua. Saya sendiri menyadari bahwa latar belakang saya yang berasal dari Banyumas tentu saja berbeda dengan mertua yang berlatar belakang budaya dari seputaran Prambanan di sisi Timur Yogyakarta. Ini ibaratnya dua kutub yang didekatkan satu sama lain.

Mitos yang pertama ini saya ketahui ketika kami akan pulang dari Rumah Sakit pada hari Sabtu setelah tiga hari si kecil lahir. Saya pikir semuanya sudah beres, si kecil mulai beradaptasi, mamanya sudah kuat berjalan. Rencana pulang pada hari Sabtu yang cerah itu harus dibatalkan meskipun saya sudah mengurus administrasi di Rumah Sakit. “Tidak baik pulang dari Rumah Sakit pada hari Sabtu,” begitu kata istri saya menirukan perintah dari orang tua. Wah, kenapa tidak baik? Pokoknya tidak baik. Well, karena sudah ada kata pokoknya, saya pun nurut saja perintah itu meskipun hati kecil saya menganggap bahwa semua hari itu baik: Senin sampai Minggu semuanya baik tergantung pada niat kita. Saya mengalah saja, akhirnya kami pulang pada hari Minggu. Sepanjang hari Sabtu itu kami menginap di Rumah Sakit layaknya di hotel saja.

Sepulang dari rumah sakit, saya bermaksud merendam beberapa popok yang kotor. Air sudah saya siapkan. Sabun sudah akan saya masukkan ketika tiba-tiba ada larangan. “Jangan merendam baju bayi, nanti dia bisa masuk angin dan kedinginan,” kata mertua saya. Ketika ditanya mengapa seperti itu, jawabnya,”Pokoknya jangan direndam. Nanti langsung dicuci saja kalau sudah siap.” Well, lagi-lagi ada kata pokoknya yang menghalangi debat pendapat. Apa hubungannya antara perendaman baju dengan bayi kedinginan? Nggak ada, karena saya tidak mungkin memakaikan baju basah untuk anak saya. Tapi, begitulah adanya. Mitos tetaplah mitos. Dia tidak bisa disangkal dengan logika. Saya batalkan acara merendam baju bayi.

Nah, ketika sampai pada giliran mencuci baju bayi pun lagi-lagi ada aturannya. “Jangan memeras baju bayu dengan cara memelintirnya. Nanti bayimu suka menggeliat-geliat,” kata mertua saya. Kenapa? “Pokoknya jangan diperas seperti memeras baju orang tua. Peraslah baju bayi dengan mengepalkan tangan kuat-kuat, jangan dipelintir.” Lagi-lagi ada kata pokoknya yang menghalangi adu argumentasi. Untunglah mesin cuci bisa mengeringkan baju tanpa perlu memelintirnya saat memeras. Semoga mesin cuci itu tidak memelintir baju anak saya. Hahahaa…

Ketika si kecil akan tidur, saya diminta mencari gunting dan bawang lanang. Pasti Anda tidak tahu bawang lanang, khan? Ini adalah bawang putih yang isinya cuma satu siung saja. Di warung kemungkinan besar tidak ada. Saya bisa mendapatkannya di super market. Harganya belasan kali lipat daripada bawang putih seperti yang kita temui sehari-hari. Lalu, untuk apakah gunting dan bawang lanang itu ketika si kecil akan tidur. Konon, dua benda itu bisa mengusir roh jahat saat anak saya sedang tidur. Emang benar? “Pokoknya cari segera gunting dan bawang lanang. Setelah dapat, segera letakkan di bawah bantal anakmu!” Anda pasti tahu reaksi saya setelah mendengar kata pokoknya itu, khan?

Lucu juga, ya? Pernah ngalamin seperti ini juga?

Sumber : jalansutra.com

Artikel Terkait



3 komentar:

  1. Iya kata orang tua saya yg orang jawa sama the tangga saya juga kalo mau pulang dri rumah sakit nggak bokeh hari selasa sama sabtu katanya ntar bakal balik lagi dan juga kalo mau pulang harus kasih uang entah cepek apa gopek di bawah kasur rumah sakit entah benar apa nggak gw sendiri ikut kta ortu.
    Kangbuto.mywapblog.com

    BalasHapus
  2. Pernah gan... klo saya mah malah saya sndri yg d untir2 alias di peras2. Bayangin ja sblum dn sesudah melahirkan sya d untir2 sama org2 yg g jelas persis sama omonganx yg ini itu,tapi klo agan mertuax ngomongx g pedes klo sya d omongin di belakang sama d depan pokokx udh kyak msu d gantung. Tinggal mstix ja...

    BalasHapus
  3. Saya baru merasakan nya, semenjak istri hamil tua, orang2 selalu menasihati saya tata cara nyuci baju bayi, ngubur ari2 bayi dsb, namun saya abaikan semuanya, pikir saya apa hubungan nya seperti memeras baju bayi bs bikin s bayi kesakitan atau apalah, saat istri saya melahirkan, sehari setelah nya saya kubur ari2 bayi, saya gali tanah sampai sedengkul, alhasil tali pusar bayi baru puput pada hari ke15, mitos nya klo ngubur ari2 gk usah dalem2, supaya tali pusar nya cepet puput. Yg kedua ari2 yg dikubur hrs dikasih selang atau pipa menjulur ke atas supaya udara masuk, itupun tdk saya lakukan, alhasil bayi saya suka gelagapan, yg ketiga, saya nyuci pakaian bayi pake mesin cuci, dan suka d rendam lama, alhasil bayi saya sering menggeliat kayak kesakitan dan perutnya kembung terus,,, memang orang tua dulu mereka punya bnyak pengalaman yg tdk bs d kejar sama logika,, contoh lain yg membuat saya geleng2 kepala, klo ibu menyusui itu makanan nya hrs djaga, suatu hari istri saya makan baso yg ada sambelnya, apa yg terjadi, keesokan nya bayi saya bab dan dikotoran nya itu ada biji cabe nya,, darimana itu dtg nya biji cabe, sementara bayi saya makan baru asi ibunya doank, wallahualam..

    BalasHapus

Untuk Para Sahabat Aku Sang Pelangi ;
Silahkan berikan komentar sebagai kenangan bahwa Anda pernah berkunjung di sini. Komentar juga berguna sebagai motivasi dan koreksi jika ada kesalahan dalam pembuatan posting di blog saya yang sederhana ini.
Terima kasih.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...