Rabu, 20 Juli 2011

Sinar Matahari Menyembuhkan Pilek


CARANYA, jemur di bawah sinar matahari sebelum pukul 10.00. Sesudah jam tersebut hingga 15.00, sinar matahari bisa membakar kulit.

Tiap pagi, biasanya orang tua suka menjemur bayinya yang baru lahir. Padahal, menurut dr. H. Adi Tagor, SpA, DPH dari RS Pondok Indah, Jakarta, untuk bayi dan balita yang tinggal di daerah tropis seperti Indonesia, tak perlu dijemur secara khusus di bawah sinar matahari. Soalnya, pancaran sinar matahari yang diterima sehari-hari sudah cukup.

Kecuali pada kondisi-kondisi tertentu, semisal bayi mengalami ikterus atau kuning waktu lahir, dianjurkan untuk dijemur tiap pagi sebelum pukul 10.00. "Pada sinar matahari di bawah pukul 10.00, ada blue light yang membantu mengolah zat kuning tersebut hingga nantinya dikeluarkan tubuh melalui BAK atau BAB." Caranya, jemur si bayi dalam keadaan telanjang, baik punggung maupun dadanya, sekitar setengah jam.
Selain itu, bayi-bayi yang sedang pilek juga dianjurkan dijemur karena berguna untuk mengencerkan dahak. Mula-mula jemur bagian dadanya sekitar 5-10 menit, lalu punggungnya sekitar 5-10 menit sambil ditepuk-tepuk lembut dengan jari. Namun dalam menjemur, bayi tak usah ditelanjangi. Hindari pula bagian matanya dari sinar matahari. Untuk si balita, boleh dijemur dengan bertelanjang dada sekitar 10 menit menghadap matahari, lalu 10 menit lagi membelakangi matahari, juga sambil dipukul-pukul lembut punggungnya sekitar 2-3 menit.

Manfaat lain dari sinar matahari ialah mematikan kuman dan virus dalam waktu 24 jam. Itu sebab, amat dianjurkan agar rumah, terutama kamar tidur, dapat dimasuki cahaya matahari.

Tak kalah penting, tambah dr. Nuraeni Erni Akbar B., DSKK dari RSIA Hermina Jatinegara dan RS Haji, Jakarta, yang dijumpai pada kesempatan terpisah, sinar matahari juga perlu untuk membantu pembentukan tulang. "Provitamin D yang ada pada manusia akan diubah menjadi vitamin D dengan bantuan sinar matahari. Bukankah vitamin D amat baik untuk pertumbuhan tulang?"

KULIT JADI MERAH
Kendati demikian, bukan berarti kita boleh membiarkan si kecil berpanas-panasan, lo. Pernah, kan, lihat percobaan fisika dari kaca pembesar yang mengeluarkan api bila difokuskan pada sinar matahari? "Nah, ini membuktikan betapa luar biasa energi yang dipancarkan sinar matahari," ujar Adi. Itu sebab, anjurnya, jangan biarkan anak terekspos sinar matahari dalam waktu lama.

Dampaknya, terang Erni, kulit jadi kemerahan atau disebut eritema. Namun, warna kemerahan ini juga amat tergantung sensitivitas kulit, lamanya terpajan sinar matahari, dan kekuatan gelombang sinar matahari itu sendiri. Dengan demikian, warna kemerahan pada masing-masing anak akan berbeda. Itu sebab, ada anak yang baru terpajan sinar matahari sedikit saja sudah langsung merah, tapi ada juga yang setelah beberapa jam atau bahkan sehari baru tampak kemerahannya.

Selain itu, iritasi debu juga berperan terhadap munculnya kemerahan di kulit. "Jadi, selain terpajan sinar matahari, juga banyaknya debu yang menempel di kulit," jelas Erni. Kemudian, pada anak yang sering berenang, selain sinar matahari membuat kulitnya jadi kemerahan ­apalagi air merupakan penghantar panas yang baik-,air kolam juga mengandung kaporit dan bakteri yang bisa mengiritasi kulitnya.

Kulit yang kemerahan ini, menurut Erni, biasanya akan hilang dalam waktu 1-2 hari. Apalagi, lanjutnya, kulit terdiri dari lapisan-lapisan; ada lapisan luar, tengah, dan dalam. "Kalau hanya kulit lapisan luar dan pajanannya juga tak terlalu kuat, mungkin tak masalah. Warnanya akan kembali ke warna kulit asal, misal, kulitnya jadi putih seperti warna asalnya yang putih." Kecuali, kalau sampai terjadi hiperpigmentasi, akan berbekas semisal jadi hitam, walaupun kulitnya putih.

Namun, hiperpigmentasi terjadi bila pajanan sinar matahari terlalu lama dan frekuensinya sering hingga terjadi pewarnaan kulit secara berlebihan. Soal bahaya-tidaknya, tergantung penyebabnya. Sebab, terang Erni, hiperpigmentasi ada yang memang karena genetik dan ini sulit diatasi. "Kalau yang karena pajanan sinar matahari, ini lebih pada kosmetik. Jadi, bisa dicegah dengan penggunaan sunblock atau emolion, misal, untuk menghindari pajanan sinar matahari."

Yang perlu diwaspadai, bila kulit sampai terbakar; warnanya yang kemerahan akan berubah kehitaman atau disebut sunburn, dengan ciri kulit terkelupas dan terasa perih. Biasanya, menurut Adi, tergantung tempatnya juga seperti di daerah pegunungan dan pantai di mana sinar infra merah dari matahari sangat tinggi. Kalau di pegunungan, bila kulit terbakar, warnanya akan merah kehitaman dan agak bengkak, selain ada rasa nyeri di bawah kulit. Kalau di pantai, kulit berwarna merah kehitaman, lalu mengelupas. Bila sampai terjadi kulit terbakar, oleskan salep Burnazin pada kulit yang terbakar, sehari dua kali. Biasanya akan cepat sembuh.

Dampak lain, menurut Adi, sinar matahari bisa menyebabkan kerusakan lensa dan retina mata yang kalau terekspos terus-menerus bisa bersifat permanen.Terutama bila anak sering main layang-layang, misal, karena matanya akan menentang sinar matahari. Apalagi di langit, selain sinar matahari juga terdapat sinar-sinar lain, seperti sinar kosmik dan sinar-sinar radiasi lainnya.

GUNAKAN PELEMBAB
Biasanya daerah-daerah tubuh yang mudah terkena pajanan sinar matahari adalah daerah yang tak tertutup semisal tangan dan kaki, serta wajah seperti dahi, dagu, dan hidung. Nah, agar si kecil tak sering terkena pajanan sinar matahari, tentunya yang terbaik adalah mengurangi aktivitas di luar rumah, terutama pukul 10.00-15.00 karena sinar matahari pada jam-jam tersebut bersifat merusak. Jikapun ingin main di luar, saran Adi, carilah tempat yang teduh. Begitu pula bila anak suka berenang, jangan di panas matahari dan selagi istirahat agar mencari tempat teduh.

Bila si kecil ingin main tenda-tendaan di halaman, misal, gunakan payung berwarna cerah/terang agar tak menyerap sinar matahari dan kenakan baju tertutup yang longgar dari bahan tipis serta berwarna cerah. Bila ingin mengenakan kacamata hitam, menurut Adi, boleh-boleh saja, tapi umumnya tak banyak anak balita yang suka. Hanya saja, karena kacamata hitamnya kacamata mainan, tentu terbuat dari bahan plastik hingga tak efektif. Beda dengan kacamata hitam sungguhan yang memang dirancang untuk memantulkan sinar ultraviolet matahari.

Tentang pemakaian sunblock atau tabir surya khusus untuk anak, baik Adi maupun Erni, tak keberatan. Cuma, dikhawatirkan akan menimbulkan bahaya alergi atau kulit jadi teriritasi, mengingat kulit anak sangat sensitif. Kalau sampai alergi/teriritasi, menurut Erni, akan mudah terkena penyakit seperti dermatitis kontak alergi atau dermatitis kontak toksid.

Lebih aman, bilang Erni, gunakan emolion atau pelembab semisal baby cream. Namun begitu, penggunaan pelembab ini bukan dimaksudkan untuk menahan pengaruh sinar matahari, melainkan lebih sebagai bahan pelapis agar debu atau kaporit (bagi anak yang suka berenang) tak langsung mengenai kulit. Begitupun sinar matahari, tak langsung mengenai kulit.

Agar Kulit Si Kecil Tetap Sehat
Perawatan kulit, menurut Erni, hendaknya dilakukan sejak usia dini atau bayi. Caranya: mandikan anak pakai sabun yang lembut, gunakan emolion atau pelembab, beri makanan bergizi, banyak minum, hindari dari pajanan sinar matahari, dan kurangi pemakaian bahan-bahan kimia untuk kulit.

Sinar Ultraviolet
Ada 3 macam gelombang pada sinar matahari, yaitu gelombang pendek, sekitar 100-290 nanometer (satuan panjang gelombang); gelombang tengah atau disebut sinar ultraviolet B, sekitar 290-320 nanometer; dan gelombang panjang atau sinar ultraviolet A, sekitar 320-400 nanometer.

Tentu saja, kita tak bisa membedakan gelombang-gelombang tersebut. Yang jelas, tutur Erni, "gelombang pendek amat jarang sampai ke permukaan bumi karena sudah diserap oleh atmosfer bumi." Jadi, hanya sinar ultraviolet A dan B-lah yang sampai ke permukaan bumi.

Artikel Terkait



Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...