Minggu, 10 April 2011

Hati-hatilah Pilih Pasangan Hidup


BOSAN dengan pertanyaan, “Kapan nikah?”. Jangan biarkan desakan orangtua dan sekitar membuat kita terburu-buru mengatakan “I do” sebelum kita benar-benar menemukan lelaki pilihan yang tepat.

Kini, perceraian sudah menjadi sebuah tren baru yang tidak asing kita jumpai di masyarakat Indonesia. Mulai dari alasan perbedaan prinsip, hadirnya orang ketiga, hingga tindakan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

Sayangnya dengan alasan untuk menghindari cibiran dari orang sekitar, maka kebanyakan dari kita sering melakukan “kesalahan” dengan memenuhi standarisasi yang ada di masyarakat dalam memilih calon pendamping hidup, dan bukan karena lelaki tersebut benar-benar yang terbaik dan pas untuk kita. Berikut resep dari Anne Milford, penulis buku “How to Marry the Wrong Guy : A Guide for Avoiding the Biggest Mistake of Your Life” mengenai mengapa wanita menjalani sebuah perkawinan yang “salah” dan bagaimana cara menyudahi hubungan sebelum kita mengucapkan janji setia kita kepada pasangan.

Menurut Milford, 3 dari 10 wanita akan mengakui bahwa mereka telah melakukan “kesalahan” sebelum mereka mengucapkan janji pernikahan. Lalu, apa yang menjadi alasan mengapa para wanita mau mengambil sebuah komitmen tersebut walaupun sebenarnya mereka telah memiliki persyaratannya sendiri-sendiri.

Semua teman mereka sudah menikah.
Ada masanya dimana kita melihat hampir semua teman-teman seumuran kita telah berstatus istri seseorang, pasti kebanyakan wanita pasti akan merasa ada yang salah dirinya jika mereka tidak segera menikah juga. Hasilnya, tidak akan ada alasan yang lebih kuat bagi mereka untuk menunda-nuda pernikahan.

Terlalu lama pada perencanaan.
Banyak wanita membenarkan bahwa mereka bertahan dalam  sebuah hubungan karena beberapa alasan tertentu. “Tapi ketika sebuah pasangan memutuskan untuk bertunangan, alasan baru muncul,” ujar Milford. Alasannya seperti tidak ingin mengecewakan keluarga, kehilangan hubungan pertemanan atau bahkan kerugian yang harus ditanggung jika mereka tiba-tiba membatalkan pesta pernikahan. Dan alasan-alasan tersebut membuat kondisi pernikahan menjadi semakin sulit hingga sulit dipertahankan. Yang perlu diingat, harga sebuah perceraian  juga tidaklah murah. Malah lebih mahal, baik secara materi dan emosional.

Rasa malu.
Kata perceraian dan menjadi janda akan membuat seorang wanita dilabeli sebagai orang yang gagal. Dan mereka akan lebih merasa malu dengan kenyataan bahwa mereka telah membiarkan hubungan tidak “sehat” tersebut berlangsung lama, tambah Milford. Oleh sebab itu, agar tidak menyalahkan diri sendiri maka para wanita akan berusaha tetap mempertahankan rumah tangga demi “muka” mereka.

Menurut Milford, banyak wanita akan mengabaikan pertanda-tanda, seperti ketidakcocokan atau sesuatu yang tidak sesuai hatinya. Umumnya wanita memiliki “jadwal”nya sendiri-sendiri dalam karier, pernikahan dan anak. Dan ketika deadline sudah mendekat, biasanya mereka akan terburu-buru hingga merasa perlu mempercepat segalanya.

Berikut beberapa tips yang dapat membantu para wanita untuk meletakkan segala sesuatu dalam perspektif yang berbeda.
1.    Kenali pertanda dan lebih pekalah pada firasat kita. Mungkin tanda-tanda peringatan dapat datang dalam bentuk apapun. Namun yang pasti, setiap wanita memiliki suatu kemampuan yang sama dalam merasakannya, yaitu dalam hal berfirasat. Dengan mengevaluasi hubungan kita dan menyadari ketidakpastian, ini bisa diadikan indikator yang kita perlukan untuk menghentikan perencanaan pernikahan kita.
2.    Berani bertindak berdasarkan perasaan. Ada banyak ketakutan umum pada wanita yang membuat mereka memutuskan untuk menikah atau mempertahankan pernikahan mereka, seperti ketakutan akan kesendirian, ketidakmampuan untuk hidup sendiri, dan mengurus anak tanpa pendamping.  Coba bayangkan diri kita beberapa tahun ke depan dan hal-hal apa saja yang akan terjadi setelah menikah. Cara ini juga mampu membantu kita memberikan masukan dalam membuat keputusan.

Berbagi cerita dengan wanita lain, terutama yang telah mengalami kegagalan dalam memilih lelaki yang tepat. Karena dengan mendengarkan pengalaman dan cerita dari teman, kita bisa mendapatkan kenyamanan, nasihat dalam pengambilan keputusan penting, seperti pernikahan.

Sumber : rileks.com

Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Untuk Para Sahabat Aku Sang Pelangi ;
Silahkan berikan komentar sebagai kenangan bahwa Anda pernah berkunjung di sini. Komentar juga berguna sebagai motivasi dan koreksi jika ada kesalahan dalam pembuatan posting di blog saya yang sederhana ini.
Terima kasih.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...