Kamis, 28 Januari 2010

Bersama Tapi Saling Diam

KHAWATIR si batita menunjukkan gejala autisma karena cenderung bermain sendirian? Jangan lagi, karena bermain sendiri sangat penting bagi anak batita dan harus dilihat secara positif.

APA ITU BERMAIN SENDIRI?
Bermain sendiri adalah bermain tanpa melibatkan orang lain di sekelilingnya. Kalaupun ada orang lain atau anak lain di dekatnya, ia tetap asyik bermain sendiri. Bermain sendiri ini pun dibedakan menjadi 3, yakni:

Unoccupied Play
Anak hanya sebatas mengamati tanpa melakukan suatu kegiatan. Contoh, anak melihat orangtua menelepon. Barulah kemudian ia meniru kegiatan tersebut dengan bermain telepon. Anak bermain telepon-teleponan yang dinilainya mengasyikkan semata-mata karena ia mengamati apa yang dilakukan orangtua.

Solitary Play
Bermain sendirian. Misal, asyik bermain boneka sendirian. Walaupun di dekatnya ada anak lain, tidak ada usaha darinya untuk melakukan interaksi dengan anak lain.

On Looker Play
Anak mengamati anak lain yang sedang bermain. Ia memiliki minat untuk bermain, tetapi belum saling berinteraksi. Biasanya hal ini mulai ditunjukkan oleh anak usia 2 tahun.

MENGAPA SUKA BERMAIN SENDIRI?
Orangtua tak perlu risau bila si batita terlihat asyik bermain sendiri, sebab di usia ini memang sedang masanya anak asyik sendiri tanpa peduli orang-orang di sekitarnya. Beberapa tahapan perkembangannya memang memengaruhi hal tersebut, di antaranya:

* Perkembangan Sosial
Di usia ini masih sulit bagi anak untuk berinteraksi dengan orang lain. Anak sedang dalam fase egosentris, dimana semua yang ada hanya untuk "aku". Sulit baginya untuk berbagi, termasuk berbagi mainan dengan temannya.

* Perkembangan Bahasa
Perkembangan bahasa batita masih terbatas, padahal untuk berinteraksi dengan orang lain dibutuhkan komunikasi. Sering kali anak usia ini merasa frustrasi karena keinginannya tak bisa dipahami orang lain.

* Perkembangan Kognitif
Bermain bersama membutuhkan pemahaman akan peraturan yang disepakati. Keterbatasan kognitif anak usia ini membuatnya kesulitan memahami dan mengikuti aturan permainan.

5 MANFAAT BERMAIN SENDIRI
Bermain sendiri sangat penting bagi anak batita dan harus dilihat secara positif. Berikut manfaatnya:
* Mengembangkan imajinasi
Tanpa keterlibatan orang lain, anak dituntut untuk mengembangkan imajinasinya. Misal, saat bermain peran atau bermain boneka, anak bisa berimajinasi boneka itu adalah adiknya yang sedang lapar dan minta disuapi. Bermain peran dapat dibedakan menjadi dua:

* Micro play
Anak bermain peran dengan menggunakan dua boneka. Dua boneka itu saling berinteraksi umpamanya jadi ibu dan anak.

* Macro play
Anak berperan menjadi ibu dan boneka menjadi anaknya. Ia berimajinasi dan membangun sendiri cerita yang dikehendakinya.

* Mengasah kreativitas
Kreativitasnya akan terasah dengan bermain sendiri. Umpama, dengan menggunakan lilin mainan anak mencoba membuat bentuk ulat keket.

* Melatih konsentrasi
Bermain sendirian membuat anak lebih mudah memusatkan perhatian karena tak ada gangguan dari orang lain. Anak tidak perlu bergantian mainan dengan temannya sehingga tidak terputus konsentrasinya. Contoh main pasel, menyusun balok, mendengarkan musik tanpa diganggu.

* Melatih motorik
Permainan yang melibatkan aktivitas fisik akan bermanfaat sebagai latihan motorik kasar, sedangkan aktivitas seperti mencoret-coret kertas bermanfaat untuk melatih motorik halus. Contoh mainan yang melatih motorik: merangkak di terowongan kardus, melompati lingkaran, corat coret, finger painting.

* Melatih problem solving
Tanpa keterlibatan orang lain, anak dituntut berimprovisasi memecahkan masalah saat menemui kesulitan. Selain itu bermain sendiri juga bermanfaat sebagai latihan mengatur waktu. Anak belajar menentukan sendiri, kapan ia harus mulai, kapan barus berganti mainan, dan kapan harus berhenti. Latihan mengatur waktu ini akan bermanfaat sampai ia dewasa kelak. Contoh mainan yang melatih problem solving: pasel, balok kayu, mainan kawat (wire game).

SAMPAI KAPAN MAIN SENDIRI?
Sampai akhir usia batita, yakni 3 tahunan anak masih suka bermain sendiri. Tahapan selanjutnya yang akan dilalui anak adalah bermain pararel, yaitu bermain berdua atau bertiga tapi sebenarnya sedang bermain sendiri-sendiri, karena belum ada interaksi intensif antara mereka. Bila sampai usia selanjutnya anak masih lebih suka bermain sendiri, dengan batas toleransi sampai usia 5 tahunan, orangtua harus waspada. Kalaupun anak tidak menunjukkan gejala-gejala autis, berarti kemampuan sosialnya belum berkembang. Padahal kemampuan sosial yang tak berkembang dengan baik akan membuat anak sulit berinteraksi dengan lingkungan. Sikapnya selalu kikuk, tidak pede, menarik diri dari keramaian dan sebagainya. Dampak lainnya, anak tidak belajar mengembangkan berbagai perasaan, seperti empati, toleransi, berbagi, dan sebagainya. Pergaulannya juga terbatas sehingga temannya pun tidak banyak.

HARUS DICURIGAI BILA....
Bermain sendiri seperti apa yang harus dicurigai, berikut di antaranya:
* Anak terlihat sangat menikmati permainannya sehingga tidak ada kontak sosial dengan lingkungan. Pada anak normal, meski sedang bermain sendiri, kalau ada “gangguan” yang lebih menarik, misalnya suara teve yang baru dihidupkan, penjual es krim, diputarkan CD kesenangannya, dan sebagainya, maka perhatiannya akan terbagi. Tapi pada anak autis, tidak.

* Menunjukkan gejala khas. Contoh, saat sendirian bermain mobil-mobilan, ia lebih asyik memutar-mutar rodanya ketimbang memainkannya sebagai mobil.

* Ada gangguan imajinasi, seperti, mobil-mobilan yang harusnya dimainkan dengan cara didorong-dorong malah dibolak-balik atau diterbangkan layaknya pesawat. Boneka yang seharusnya ditimang-timang malah dibanting dan dirusak.

* Gemar bermain sendiri di pojokan dan menyusun benda-benda yang tidak biasa seperti botol.

* Kebiasaan bermain sendiri ini terus terbawa sampai usia selanjutnya. (Rosdiana S. Tarigan, M.Psi, MHPEd. - RS Pluit, Jakarta).

Sumber : tabloid-nakita.com

Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Untuk Para Sahabat Aku Sang Pelangi ;
Silahkan berikan komentar sebagai kenangan bahwa Anda pernah berkunjung di sini. Komentar juga berguna sebagai motivasi dan koreksi jika ada kesalahan dalam pembuatan posting di blog saya yang sederhana ini.
Terima kasih.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...