DI saat pergantian musim atau dikenal juga sebagai musim pancaroba seperti sekarang, upaya menjaga kesehatan menjadi lebih penting lagi. Pasalnya, cuaca yang mudah berubah-ubah—sebentar panas, sebentar dingin—merupakan kondisi yang baik untuk berkembang biaknya kuman penyakit. Salah satu yang perlu dijaga adalah kesehatan saluran pencernaan yang dapat mengakibatkan diare.
Diare adalah gangguan kesehatan yang ditandai oleh perubahan bentuk feses (kotoran) menjadi cair yang terkadang disertai peningkatan frekuensi buang air besar. Menurut Ari Fahrial Syam, MD, MMB, wakil sekjen PB Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), penderita diare harus waspada jika terjadi perubahan bentuk dan peningkatan frekuensi hingga lebih dari tiga kali dalam sehari. "Namun, meski frekuensi meningkat akan tetapi bentuknya normal, belum bisa dikatakan diare," ujar Ari.
Walau kerap dianggap sepele, diare sebenarnya patut diwaspadai. Data Badan Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) menyebutkan bahwa diare merupakan penyebab nomor satu kematian balita di seluruh dunia. Wikipedia menyebutkan, diare bertanggung jawab atas meninggalnya lebih dari 1,5 juta jiwa setiap tahunnya. Sementara itu, di Indonesia, diare merupakan penyebab kematian balita terbanyak kedua setelah ISPA (infeksi saluran pernapasan akut).
Meski demikian, diare sebenarnya juga "bermanfaat". Diare merupakan mekanisme tubuh untuk mengeluarkan racun dari dalam tubuh melalui feses yang menjadi cair. Bersama cairan tersebut, keluar juga racun yang dihasilkan oleh kuman, virus, atau jamur. Jadi, diare berfungsi sebagai "alarm alamiah" tubuh untuk memberitahu bahwa terdapat gangguan pada saluran pencernaan.
Penyebab
Penyebab diare bisa bermacam-macam. Di musim pancaroba seperti sekarang yang patut diwaspadai adalah berkembang biaknya kuman penyakit, baik berupa virus, parasit atau jamur. Selain itu, diare juga bisa disebabkan oleh gangguan penyerapan makanan. "Makanan yang mengandung lemak berlebihan dapat menimbulkan diare," ujar Ari. Penggunaan obat-obatan tertentu serta kondisi yang berhubungan dengan proses penyakit juga dapat memicu timbulnya diare.
Yang perlu diperhatikan, terutama pada balita, diare dapat menyebabkan kematian akibat kekurangan cairan. Sehubungan dengan gangguan tersebut, Ari menyebutkan ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Pertama adalah berapa kali/banyak diare tersebut terjadi. Selanjutnya, seberapa besar komplikasi yang terjadi, misalnya tubuh menjadi lemas dan haus. Setelah itu, karena cairan elektrolit tubuh banyak keluar akibat dehidrasi maka harus segera diupayakan penggantinya. Cairan elektrolit tersebut dikenal dengan larutan gula garam.
Penggunaan obat-obatan antidiare yang dijual bebas dapat membantu meringankan dan menghentikan gejala diare. Obat antidiare tersebut bekerja dengan cara menyerap racun/kuman penyebab diare, mengeluarkannya bersama feses/kotoran dan menghentikan diare. Namun, penggunaan obat-obat antidiare ini harus dilakukan dengan bijaksana.
Ari menyebutkan, jika dalam 2-3 hari tidak terjadi perubahan, maka sebaiknya penderita berkonsultasi dengan dokter. Bisa saja diare tersebut disebabkan oleh kuman sehingga dibutuhkan campur tangan dokter untuk menentukan langkah yang tepat untuk mengatasinya. Penggunaan antibiotik harus dengan resep dokter dan hanya diberikan jika terjadi infeksi sistemik.
Yang penting jika mengalami diare, menurut Ari, adalah mencegah dehidrasi dan menjaga diet. Penderita diare sebaiknya mengonsumsi makanan yang lebih lunak serta menghindari makanan berlemak sampai keadaan membaik.
Cara alami
Pengobatan dengan menyerap racun dan kuman penyebab diare adalah cara yang alamiah untuk mengatasi diare. Bahan aktif yang dipakai untuk hal ini adalah yang dikenal sebagai attapulgite serta pectin. Menurut Wikipedia, attapulgite merupakan magnesium alumunium silikat alamiah yang telah dimurnikan dan diaktifkan dengan cara pemanasan untuk meningkatkan kemampuan penyerapannya. Bentuknya berupa serbuk sangat halus dan memiliki pH antara 7,0-9,5. Sementara itu, pectin merupakan karbohidrat yang berasal dari buah citrus atau apel yang telah dimurnikan.
Kombinasi attapulgite dan pectin dapat menyerap racun, gas, bakteri, dan virus yang terdapat pada usus sehingga dimanfaatkan sebagai pengobatan diare. Pectin berfungsi juga memadatkan pengeluaran racun dan kuman penyebab diare bersama feses sehingga akhirnya diare pun berhenti. Mengatasi diare dengan tepat akan membuat saluran pencernaan menjadi sehat.
Sumber : kalbe.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Untuk Para Sahabat Aku Sang Pelangi ;
Silahkan berikan komentar sebagai kenangan bahwa Anda pernah berkunjung di sini. Komentar juga berguna sebagai motivasi dan koreksi jika ada kesalahan dalam pembuatan posting di blog saya yang sederhana ini.
Terima kasih.