Minggu, 03 Januari 2010

Agar Sembelit Tak Bikin Bayi Melilit

PERHATIKAN frekuensi BAB, kondisi tinja, dan cara bayi mengejan.

Sejak kelahiran putranya, Rita (30) selalu bersemangat mencari tahu dan mempraktikkan berbagai kiat merawat anak. Namun, minggu-minggu belakangan ini, ibu rumah tangga itu tampak tidak seperti biasanya; ia tengah gundah gulana soal buah hatinya. Tio sudah 1 minggu ini tidak pup. "Apakah bayiku menderita sembelit?"

Sepengetahuan Rita hanya orang dewasa yang menderita sembelit, akibat kurang mengonsumsi serat. Sementara bayi seperti Tio yang hanya mengonsumsi ASI seharusnya tidak mengalami susah pup. Bukankah ASI mengandung semacam zat pencahar yang dapat melancarkan buang air besar (BAB) pada bayi?

Rita pun berusaha mencari tahu tentang sembelit pada bayi dengan mendatangi dr. Eva J. Soelaeman, SpA(K)., dari Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita, Jakarta. Sembelit, kata Eva, adalah terganggunya proses BAB. Pup jadi sulit dan terasa menyakitkan. Ada 3 aspek yang menjadi gejala sembelit, yaitu frekuensi BAB, kondisi tinja, dan apakah bayi mengejan atau tidak ketika akan mengeluarkan kotoran.

Frekuensi BAB
Bila frekuensi BAB kurang dari 1 kali dalam seminggu maka hal ini dapat dikategorikan sebagai
sembelit. Jadi, bayi ASI yang hanya BAB 1 kali dalam seminggu masih tergolong normal.

Kondisi tinja
Tinja berbentuk bulat kecil-kecil dan keras merupakan pertanda sembelit.

Mengejan atau tidak
Mengejan disertai ekspresi kesakitan merupakan gejala sembelit. Bila bayi tidak mengejan kesakitan, meski tinjanya agak keras maka hal itu tak dapat dikatakan gejala sembelit.

Rita pun menghela napas lega karena dari penjelasan tadi, berarti Tio tidak mengalami sembelit. Frekuensi BAB-nya masih seminggu sekali. Terlebih lagi, pada anusnya tidak ditemukan lecet akibat gesekan dengan tinja yang keras. Perut Tio pun tidak kembung. Ia tidak rewel seperti halnya bayi-bayi yang merasakan ketidaknyamanan pada perutnya.

ASI MUDAH DICERNA
"Umumnya bayi ASI memang lebih jarang mengalami konstipasi (sembelit), " ujar Eva yang tambah menenangkan hati Rita. Ini berkaitan dengan kadar laktulosa dalam ASI yang tinggi sehingga dapat mencegah kesulitan buang air besar. Selain juga ASI lebih mudah dicerna ketimbang susu lain.

Kandungan zat besi dan lemak yang tinggi pada beberapa produk susu formula berpotensi menyebabkan sembelit. Inilah yang mungkin menjadi penyebab beberapa bayi berusia 6 bulan---selepas masa ASI eksklusif dan mulai mendapat tambahan susu formula--- mengalami susah pup. Jumlah zat besi dalam usus bayi yang tinggi merangsang terjadinya sembelit seperti yang terkandung pada susu formula yang dikonsumsinya. Padahal kebutuhan zat besi pada bayi usia 0–6 bulan hanya berkisar 0,5 mg per hari.

Demikian pula dengan lemak. Kandungan lemak yang tinggi pada beberapa produk susu formula akan menyebabkan organ pencernaan bayi kesulitan mengolahnya. Untuk itu, ibu yang karena suatu sebab tidak dapat memberikan ASI, disarankan untuk berkonsultasi pada dokter anak mengenai susu formula apa yang terbaik bagi bayinya.

Asal tahu saja, kondisi tinja bayi ASI dan bayi susu formula memiliki perbedaan. Tinja pada bayi ASI lebih lembek, berair, berwarna kuning tua dan berbiji-biji. Sementara tinja pada bayi susu formula umumnya lebih padat dan berwarna kecokelatan. Namun hal ini bukanlah masalah.

PENYEBAB SEMBELIT
Penyebab lain sembelit pada bayi, salah satunya adalah kelainan anatomis, yaitu adanya penyempitan pada usus. Pada kasus ini umumnya perut bayi akan tampak kembung. Perutnya pun tampak semakin membesar dari hari ke hari. Terkadang, bahkan disertai muntah berwarna hijau. Untuk mengatasi, umumnya dokter akan melakukan tindakan operasi. Namun, sebaiknya lakukan konsultasi lebih dini agar tidak semakin memperparah kondisi.

Sembelit juga dapat disebabkan ketiadaan atau tidak berfungsinya saraf-saraf pada dinding usus besar yang dikenal dengan istilah hirschsprung. Tidak adanya sistem saraf mengakibatkan usus besar tidak dapat mendorong tinja keluar sehingga tinja tertahan dalam usus. Bayi baru lahir yang mengalami hirschsprung ditandai dengan tidak adanya proses pengeluaran mekonium (kotoran berwarna kehitaman) setelah 48 jam kelahiran. Atau bayi mengalami sembelit pada satu minggu pertama kelahirannya.

Kotoran yang menumpuk akan menyumbat usus di bagian bawah dan pembusukan sisa makanan itu dapat mengakibatkan radang usus atau keluarnya cairan berbau busuk yang merembes dari anus. Kondisi ini sering dikira mencret atau diare.

Untuk mengatasinya, bagian usus yang tidak memiliki persarafan harus dibuang lewat operasi. Kemudian, usus yang normal ditarik ke bawah dan langsung disambungkan ke anus. Bila panjang ususnya belum mencukupi, maka akan dilakukan operasi pembuatan lubang sementara pada dinding perut (disebut kolostomi) sehingga kotoran dari usus dapat keluar melalui lubang tersebut. Kelak seiring berjalannya waktu bila usus bayi sudah cukup panjang (bisa sampai 3 bulan atau lebih tergantung pada kondisi bayi), maka operasi akan dilakukan lagi untuk menghubungkan usus besar dengan anus.

BEDA SEMBELIT DAN HIRSCHPRUNG
Jadi memang gejala sembelit biasa dengan sembelit yang disebabkan kelainan anatomis akan berbeda. Hal pertama yang harus dicermati adalah kesulitan BAB akibat kelainan anatomis akan berlangsung terus-menerus. Tak hanya itu, perut bayi pun tampak semakin membesar dari hari ke hari. Bahkan tak jarang, sampai ada yang muntah kehijauan atau sampai mengeluarkan cairan yang berbau dari anusnya. Sedangkan sembelit biasa terjadi hanya sesekali saja.

Cara lainnya, masukkan sedikit jari kita ke dalam anus bayi. Jika kotorannya keluar menyemprot dan jari terasa dijepit oleh lubang anusnya, ini berarti sembelitnya dikarenakan hirschprung. Langkah selanjutnya, dokter akan memastikan penyebab sembelit yang terus-menerus itu dengan pemeriksaan rontgen.

PERTOLONGAN PERTAMA
Untuk pertolongan pertama sembelit pada bayi, dokter umumnya akan meresepkan obat-obatan kelompok stimulan laksatif yang mengandung laktulosa. Bentuknya yang berupa gel yang dimasukkan ke dalam anus umumnya lebih efektif bagi bayi untuk mengeluarkan tinjanya. Cara lain yang tidak menggunakan obat-obatan dan dapat dilakukan di rumah adalah dengan memanfaatkan sabun bayi batangan. Sabun dipotong memanjang lalu diserut dengan pisau menyerupai ujung kapur. Masukkan sabun ke dalam anus sebagai pelicin.

Bila si kecil mengonsumsi susu formula, pilihlah susu formula yang kandungan laktulosanya sekaligus berfungsi sebagai pencahar (dapat dilihat pada kemasannya). Sedangkan untuk bayi yang sudah mendapat makanan pendamping ASI (MPASI) berikan buah-buahan kaya serat, seperti, pepaya, plum, dan pir, serta berikan lebih banyak air putih.

Sumber : tabloid-nakita.com

Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Untuk Para Sahabat Aku Sang Pelangi ;
Silahkan berikan komentar sebagai kenangan bahwa Anda pernah berkunjung di sini. Komentar juga berguna sebagai motivasi dan koreksi jika ada kesalahan dalam pembuatan posting di blog saya yang sederhana ini.
Terima kasih.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...