Sabtu, 21 November 2009

Wanita Hamil Rawan Radang Gusi

MASA kehamilan memberikan banyak perubahan pada ibu. Bila tidak ditangani dengan tepat, bisa berimbas negatif bagi kesehatan ibu dan anak yang dikandungnya. Sebagai contoh, morning sickness atau gejala muntah dan mual pada pagi hari di awal kehamilan, atau kelainan di rongga mulut, mulai dari yang ringan sampai terberat.

Ahli Kebidanan dan Penyakit Kandungan, Rumah Sakit Mitra Keluarga, Boy Abidin mengatakan, pada masa kehamilan terjadi perubahan secara menyeluruh pada tubuh perempuan, mulai dari gejala hormonal, perubahan saluran pencernaan dan perubahan fisik.

Dia mencontohkan, perubahan hormonal pada mulut dan gigi Ibu saat hamil menyebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah dan peningkatan reaksi inflamasi (peradangan) pada gusi (gingiva). Reaksi peradangan ini ditandai dengan perubahan warna gusi menjadi lebih merah, mudah berdarah, dan gusi membengkak (hiperplasi gingiva). Kelainan ini disebut dengan istilah Pregnancy Gingivitis atau radang gusi selama kehamilan.

Ironisnya, kelainan mulut dan gusi kerap diacuhkan perempuan yang sedang menjalani masa kehamilan. Padahal Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) mencatat radang gusi merupakan masalah mulut dan gigi yang sering menimpa ibu hamil dimana 5%-10%nya mengalami pembengkakan gusi.

Catatan PDGI diperkuat temuan Journal of Periodontology yang diterbitkan tahun 1996. Riset itu mencatat 7 dari 10 perempuan hamil yang menderita radang gusi berpotensi besar memiliki anak yang lahir secara prematur. Data tersebut diperkuat Survei Kesehatan Nasional tahun 2002 yang menyebutkan bahwa 77% dari ibu hamil yang menderita radang gusi melahirkan bayi secara prematur.

"Sayangnya permasalahan gigi dan gusi di masyarakat cenderung tidak diperhatikan, termasuk penyakit radang gusi saat kehamilan berlangsung. Kalau belum bermasalah malas ke dokter, tapi ketika sudah ketahuan penyakitnya baru deh ke dokter," tukas Boy dalam acara "Gusi Terawat Untuk Janin Sehat" yang digagas pepsodent di Jakarta, baru-baru ini.

Selain masalah hormonal, penyebab utama radang gusi pada saat hamil adalah bakteri plak. Plak merupakan suatu lapisan bahan organik yang melekat pada permukaan gigi disertai koloni bakteri. Plak akan selalu terbentuk bahkan sesaat setelah pembersihan gigi. Kalau dibiarkan dalam waktu yang lama, plak tidak hanya menyebabkan gingivitis, tetapi juga gigi berlubang (karies).

Pada gigi yang tidak terawat, 1 gram plak mengandung 10 miliar bakteri berbahaya. Sebelum bakteri menyebabkan gigi berlubang, ribuan bakteri menuju saluran pencernaan. Bakteri-bakteri yang berupa toksin dengan mudah masuk ke saluran genital melalui pembuluh darah dan terjadilah infeksi bakteri.

Infeksi ini menimbulkan peradangan di dalam saluran rahim. Zat yang dihasilkan, berupa liposakarida, akan menyebar ke dalam rongga rahim. Bakteri-bakteri lalu berinteraksi pada membran plasenta, yang kemudian menimbulkan kontraksi otot rahim dan pelebaran leher rahim, sehingga bakteri yang masuk lebih banyak dan akan terus berlanjut.

Adanya intervensi bakteri selama kehamilan dapat menimbulkan gangguan dalam pematangan leher rahim, pengaturan kontraksi rahim dan pengiriman nutrisi ke janin serta hormon yang mengatur kehamilan. Hal ini memungkinkan robeknya membran plasenta sebelum waktunya.

Akibatnya, bayi lahir prematur dan berat badannya saat lahir sangat rendah.Oleh karena itu, Boy menyarankan, saat merencanakan kehamilan, ada baiknya ibu melakukan perawatan mulut dan gigi. Dengan cara itu, ibu bisa menghindarkan diri dari kelahiran bayi secara prematur.

Mitos
Permasalahan radang gusi saat hamil tidak terlepas dari keberadaan mitos kehamilan. Tidak ada salahnya mempercayai mitos-mitos yang beredar di masyarakat tentang kehamilan asalkan tidak berbahaya bagi janin yang anda kandung. Namun, adakalanya mitos-mitos yang beredar ternyata berbahaya bagi kandungan anda jika di ikuti.

Sebab itu, permasalahan radang gusi saat hamil sebaiknya disikapi dengan sikap proaktif dari ibu untuk mengkonfirmasikan persoalan mitos kepada dokter atau referensi buku yang dapat dipercaya, sehingga dapat diketahui kebenarannya dan tidak hanya mengikuti sesuatu yang anda sendiri tidak mengetahui alasannya.

"Pernah ada pasien yang bilang ke saya untuk tidak mencabut gigi, dengan alasan nanti anaknya tidak bisa tumbuh normal. Mitos-mitos macam ini yang harusnya disingkirkan," tukas Boy.

Setidaknya ada 5 mitos yang disebut Boy tidak benar, yakni, mitos yang mengatakan ibu hami tidak boleh cabut gigi, Ibu hamil yang tidak boleh rawat gigi, ibu hamil yang tidak boleh gunakan pasta gigi, ibu hamil tidak boleh minum antibiotika dan rontgen gigi.

Maka dari itu, Boy menghimbau para ibu agar tidak perlu takut mengunjungi dokter gigi walaupun pada trimester pertama saat proses pembentukan janin atau memasuki trimester terakhir di mana perut sudah membesar. Termasuk bila diharuskan melakukan rontgen.

"Jika memang diperlukan dilakukan rontgen maka tak jadi soal, hal ini boleh dilakukan dan tidak akan membahayakan dengan catatan hanya sebatas mulut. Konsumsi obat-obatan antibiotik pun tak masalah, karena dokter dapat memberikan obat dengan dosis ringan yang aman bagi janin," tegasnya.

Ciptakan Kebiasaan
Penyakit radang gusi erat kaitan dengan masalah kebiasaan untuk menjaga kebersihan mulut dan gigi. Sayangnya, Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kebiasaan terburuk untuk masalah perawatan mulut dan gigi.

Celakanya, data Persatuan Dokter Gigi Indonesia mencatat prevalensi radang gusi diseluruh dunia mencapai 75-90%. Data tersebut didukung pula dengan temuan riset yang dilakukan Rumah Sakit Gigi Universitas Moestopo Beragama mencatat hanya sekitar 0.44% dari 277 pasien yang diteliti terhitung merawat gigi, sementara 2.69% mengalami pendarahan gigi, 71.37% terkena karang gigi, 22.91% mengalami penurunan gusi (4-5 mm) dan 2.64% mengalami penurunan gusi hingga lebih dari 6 mm.

Ahli Gigi dari Klinik Matra Medika, Yulia Rachma mengatakan penyakit radang gusi umumnya sudah diketahui masyarakat tapi kurang diperhatikan. Terlebih, perkembangan penyakit radang gusi cenderung berjalan lambat. Akibatnya, masyarakat cenderung berpikir persoalan radang gusi merupakan hal sepele.

"Bila radang gusi tidak ditangani, maka akan memburuk menjadi peridontitis dimana infeksi sudah menjalar ke jaringan pendukung gigi lain. Bila tidak ditangani maka bakteri bisa masuik ke pembuluh darah dan menyebabkan penyakit lain seperti stroke, diabetes, jantung dan pada ibu hamil menyebabkan bayi terlahir prematur atau berat tubuh yang kurang, "tegasnya.

Sebab itu, tambahnya, kebiasaan untuk melakukan perawatan gigi dan mulut harus digalakan. "Meski terlihat sepele, hanya dengan merawat gigi dan mulut bisa mencegah timbulnya penyakit," tukasnya.

"Diawal, cobalah sikat gigi sekurang-kurangnya dua kali sehari, konsumsi makanan bergizi, hindari rokok, minum cukup air, lakukan pemeriksaan gigi secara rutin dan hindari makanan yang terlalu panas, dingin atau yang manis-manis," pungkasnya. cr2/rin

Sumber : Republika Online

Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Untuk Para Sahabat Aku Sang Pelangi ;
Silahkan berikan komentar sebagai kenangan bahwa Anda pernah berkunjung di sini. Komentar juga berguna sebagai motivasi dan koreksi jika ada kesalahan dalam pembuatan posting di blog saya yang sederhana ini.
Terima kasih.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...