Jumat, 01 Mei 2009

Mertua vs Menantu

BANYAK problem yang bisa memicu konflik antara menantu dan mertua. Apalagi, jika mereka tinggal bersama dalam satu rumah. Yang paling sering terjadi adalah konflik antara mertua perempuan dan menantu wanita. Kedekatan antara ibu dan anak laki-lakinya paling sering menjadi pemicu "persaingan" antara mertua dan menantu wanita. "Sang ibu menganggap dirinya masih 'berhak' atas anak laki-lakinya," ujar psikolog Dr Sukiat.

Beban berat memang lebih sering ditanggung menantu wanita. Selain masalah anak lelaki (suami si menantu), hal-hal kecil lain juga kerap jadi pencetus pertikaian mertua vs menantu. Entah soal pembantu atau harapan mertua yang terlalu tinggi dari menantunya.


Soal pengasuhan anak juga kerap menjadi topik pertikaian mertua dan menantu. Apalagi jika kebetulan si menantu merupakan pasangan muda yang belum punya banyak pengalaman. Di sisi lain, mertua merasa sudah ahli karena punya pengalaman.

Keterbukaan antara pasangan diperlukan untuk mengantisipasi masalah ini. Suami perlu bersikap bijak supaya tidak dianggap berat sebelah, baik kepada istri maupun orangtuanya. Tak ada salahnya suami mengajak istri agar berpikir positif. Dan tak ada salahnya menantu menyampaikan kepada mertua hal-hal yang dirasanya kurang tepat sepanjang disesuaikan dengan keadaan, waktu, dan tempat.

Yang tak kalah penting adalah mencoba melihat aspek positif dari mertua. Atau sebaliknya, mertua melihat aspek positif dari menantu. Sepelik apa pun masalah yang timbul antara Anda dan mertua, usahakan jangan menghindar. Sikap semacam ini justru akan semakin mempertajam pertikaian. Cobalah untuk membicarakan segala permasalahan secara terbuka.

Sebetulnya, terjadi masalah atau tidak tergantung pada persepsi masing-masing pihak. Agar mertua memersepsikan menantu positif, ya menantu harus berusaha mempelajari keinginannya. Begitu juga sebaliknya.

Namun, banyak pula terjadi, mertua justru lebih dekat kepada menantu daripada ke anaknya sendiri. Caranya, selain menganggap mertua sebagai orangtua sendiri, cobalah untuk menganggapnya sebagai teman. Dengan demikian, akan lebih mudah bagi keduanya untuk saling mendekati.
Lakukan kegiatan bersama sehingga muncul kedekatan dan rasa saling memerlukan. Jika rasa ini sudah dimiliki, akan timbul rasa saling menghormati. Apalagi, jika menantu dan mertua punya hobi yang sama. Yang penting adalah sikap bisa menerima kekurangan dan kelebihan salah satu pihak.

Masalah tidak bisa diselesaikan dengan emosi. Jadi, coba carilah upaya penyelesaian yang rasional. Jika timbul masalah, cobalah turunkan emosi terlebih dulu. Salah satu caranya adalah dengan melihat aspek positif pihak lain. Setelah itu baru mencari alternatif pemecahan masalah.

Sumber : kompas.com


Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Untuk Para Sahabat Aku Sang Pelangi ;
Silahkan berikan komentar sebagai kenangan bahwa Anda pernah berkunjung di sini. Komentar juga berguna sebagai motivasi dan koreksi jika ada kesalahan dalam pembuatan posting di blog saya yang sederhana ini.
Terima kasih.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...