KONDISI kurang gizi menjadi ancaman serius dalam masa krisis ekonomi global yang telah berlangsung sejak akhir 2008 lalu. Namun selain ancaman kurang gizi, Indonesia juga mulai menghadapi masalah kelebihan gizi yang juga mengancam kesehatan masyarakat, yakni obesitas. ''Sekarang kami harus menghadapi beban ganda, tidak hanya kekurangan gizi, tapi juga kelebihan gizi, yakni obesitas,'' ujar Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat, Budihardja Singgih, di sela seminar Hari Gizi Nasional ke-59, Selasa. (10/2)Menurut data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2007, kata Budihardja, terdapat 19,1 persen kasus kelebihan berat badan atau obesitas berdasarkan indeks massa tubuh pada penduduk berusia di atas 15 tahun. ''Angka tersebut melebihi besaran angka kekurangan gizi dan gizi buruk pada anak-anak usia di bawah lima tahun yang menurut data Riskesdas sebesar 18,4 persen,'' jelasnya.
Budihardja menjelaskan, obesitas saat ini merupakan salah satu faktor utama yang memicu munculnya berbagai penyakit tidak menular termasuk hipertensi, stroke, dan diabetes mellitus (kencing manis). ''Peningkatan kasus-kasus penyakit yang dipicu oleh obesitas tersebut tentunya akan menambah beban pemerintah dan masyarakat,'' ujarnya.
Sementara itu, Direktur Bina Gizi Masyarakat Departemen Kesehatan, Ina Hernawati mengatakan, kebijakan penanganan masalah gizi perlu disesuaikan dengan transisi epidemiologi. Menurutnya, pemerintah telah menerapkan program khusus untuk menekan angka kelebihan berat badan dan obesitas.
Program tersebut lebih diarahkan ke upaya mengubah perilaku dan membudayakan pola hidup sehat melalui kegiatan promosi kesehatan. ''Karena masalah ini bisa diatasi dengan pengaturan asupan gizi dan olah raga,'' ujarnya.
Menurut Ina, pemerintah juga menyiapkan fasilitas pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan, serta sistem surveilans kasus obesitas di tingkat akar rumput melalui posyandu, puskesmas, dan Unit Kesehatan Sekolah (UKS). Dengan demikian, akan lebih banyak tempat untuk layanan konseling masalah berat badan.
Sementara untuk penanganan masalah gizi buruk pada anak usai di bawah lima tahun, akan difokuskan ke daerah-daerah yang angkanya melebihi rata-rata nasional. Angka rata-rata kasus kekurangan gizi dan gizi buruk nasional saat ini adalah 18,4 persen.
Sumber : republika.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Untuk Para Sahabat Aku Sang Pelangi ;
Silahkan berikan komentar sebagai kenangan bahwa Anda pernah berkunjung di sini. Komentar juga berguna sebagai motivasi dan koreksi jika ada kesalahan dalam pembuatan posting di blog saya yang sederhana ini.
Terima kasih.